Jumat, 20 September 2013

ANTROPOMETRI
Ergonomi adalah ilmu terapan yang menjelaskan interaksi antara manusia dengan tempat kerjanya. Ergonomi antara lain memeriksa kemampuan fisik para pekerja, lingkungan tempat kerja, dan tugas yang dilengkapi dan mengaplikasikan informasi ini dengan desain model alat, perlengkapan, metode-metode kerja yang dibutuhkan tugas menyeluruh dengan aman. Tujuan akhir dari program ergonomi adalah untuk kesempurnaan kerja dengan meminimalkan tekanan kerja yang mungkin bagi tubuh.
Antropometri berasal dari  bahasa Yunani yaitu dari kata anthropos yang artinya tubuh manusia  dan metrikos yang artinya pengukuran. Definisi antropometri adalah ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok dan lain sebagainya. Antropometri dapat diartikan juga sebagai cabang ilmu dari ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh baik ukuran, bentuk, dan komposisi tubuh. dalam antropologi fisik merujuk pada pengukuran individu manusia untuk mengetahui variasi fisik manusia.
 Antropometri berperan penting dalam bidang perancangan industri, perancangan pakaian, ergonomik, dan arsitektur. Dalam bidang-bidang tersebut, data statistik tentang distribusi dimensi tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang optimal. Perubahan dalam gaya kehidupan sehari-hari, nutrisi, dan komposisi etnis dari masyarakat dapat membuat perubahan dalam distribusi ukuran tubuh (misalnya dalam bentuk epidemik kegemukan), dan membuat perlunya penyesuaian berkala dari koleksi data antropometrik.
Data antropometri berguna untuk perancangan berbagai peralatan agar dapat dipergunakan secara  optimal sehingga orang dapat dengan aman dan nyaman. Meskipun demikian dalam proses pengukuran tersebut dapat ditemui berbagai kesulitan, misalnya karena adanya variasi data dalam hal ukuran tubuh manusia.

Secara umum antropometri dalam proses perencanaan dan perancangan produk membantu dalam hal:
1.                  Mengevaluasi postur / sikap badan dan jarak untuk melakukan operasi terhadap kontrol- kontrol yang ada.
2.                  Menentukan jarak antara tubuh dan bagian produk yang harus dihindari.
3.                  Mengidentifikasi elemen-elemen yang membatasi gerakan tubuh.

   Pengukuran Antropometri
Ada dua cara dalam pengukuran antropometri yaitu:
1.                  Antropometri Statis (struktural)
Pengukuran manusia pada posisi diam, dan linier pada permukaan tubuh. Antropometri statis berkaitan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan diam atau dalam keadaan dibekukan.
2.                  Antropometri Dinamis (fungsional)
Antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Misalnya dalam merancang ruang sempit jalur gerakan lengan untuk mencapai suatu komponen di kedalaman mesin dalam pekerjaan reparasi. Dimensi tubuh yang sedang bergerak bukan penjumlahan dari data antropometri statis bagian tubuh yang terlibat.
Hal-hal yang mempengaruhi dimensi antropometri manusia adalah sebagai berikut:
1.         Random atau Acak
Dalam perancangan suatu produk maupun merancang suatu lingkungan kerja sebaiknya memperhatikan faktor-faktor random dari populasi yang ada, seperti misalnya: keacakan jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan Iain-lain.
2.           Suku bangsa
Latar belakang suku bangsa akan memberikan karakteristik yang berbeda satu dengan lainya, antara lain cara berpikir, perbedaan adat-istiadat, cara bertindak, dan cara menggunakan suatu produk atau melakukan pekerjaan tertentu.

3.         Jenis Kelamin
Jenis kelamin sangat penting sebagai bahan pertimbangan perancangan, mengingat ukuran tubuh jenis kelamin laki-laki secara fisik pada umumnya lebih besar daripada wanita.
4.         Usia. Terdapat lima klasifikasi usia pada manusia :
-           Usia bayi
-           Usia anak-anak
-           Usia remaja
-           Usia dewasa
-           Usia lanjut
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar sampai batas usia dewasa, namun setelah itu tinggi badan akan cenderung menurun yakni antara lain disebabkan berkurangnya elastisitas tulang belakang (intervertebral disc). Selain itu dinamika gerakan tangan dan kaki juga akan berkurang sejalan dengan bertambahnya usia.
5.         Pertimbangan Pekerjaan
Pekerjaan dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam rancangan, mengingat setiap jenis pekerjaan memiliki tingkat klasilikasi dan tingkat kerumitan serta tingkat intensilas pekerjaan tertentu. Dalam hal ini juga diperlukan suatu rancangan yang dapat mengakomodasi segala kesulitan dan hambalan yang membuat pekerjaan tersebut tidak terselesaikan dengan baik.
6.         Pertimbangan Keterbatasan Fisik
Seiring dengan perkembangan ergonomi, maka rancang bangun fasilitas akomodasi untuk para penderita cacat tubuh secara fisik diberi prioritas sehingga mereka dapat ikut serta merasakan kesamaan dalam penggunaan jasa dari ilmu ergonomi di dalam masyarakat luas. Masalah yang sering timbul seperti: keterbatasan jarak jangkau, dibutuhkan ruang kaki (knee space) untuk rancang bangun meja kerja, disediakan jalur / lorong khusus kursi roda, dan Iain-lain,
7.         Pertimbangan Pakaian
Tubal lipis pakaian yang dipakai karena faktor iklim yang berbeda akan memberi variasi yang berbeda-beda pula dalam rancangan.


8.         Kehamilan
Kondisi semacam ini jelas akan berpengaruh pada bentuk ukuran tubuh (khusus perempuan) sehingga memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang. Akhirnya sekalipun segmentasi dari populasi yang ingin dituju dari rancangan suatu produk selalu berhasil diidentifikasikan sebaik-baiknya berdasarkan faktor-faktor seperti yang telah diuraikan, namun adanya variasi ukuran bukan tidak mungkin tetap dijumpai.

Penggunaan Data Antropometri
            Data Antropometri sangat penting dalam menentukan alat dan cara mengoperasikannya. Kesesuaian hubungan antara antropometri pekerja dengan alat yang digunakan sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat kelelahan, kemampuan kerja dan produktivitas kerja. Antropometri juga menentukan dalam seleksi penerimaan tenaga kerja, misalnya orang gemuk tidak cocok untuk pekerjaan di tempat suhu tinggi, pekerjaan yang memerlukan kelincahan, dll. Menurut Pulat (1992), data antropometri dapat digunakan untuk mendesain  pakaian, tempat kerja, lingkungan kerja, alat dan sarana kerja serta produk-produk untuk konsumen.
Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :
-           Perancangan peralatan kerja seperti mesin, handling equipment, perkakas, dan lain-lain.
-           Perancangan area kerja seperti stasiun kerja, interior mobil, dan Iain-lain.
-           Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan Iain-lain.
-           Perancangan lingkungan kerja fisik
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang dirancang. Dimana manusia yang akan mengoperasikan dan menggunakan hasil rancangan tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangan tersebut. Rancangan produk yang dapat diatur secara fleksibel jelas memberikan kemungkinan lebih besar bahwa produk tersebut akan mampu dioperasikan oleh setiap orang meskipun ukuran tubuh mereka berbeda-bcda. Kemampuan penyesuaian atau adjustability suatu produk merupakan satu persyaratan yang sangat penting dalam proses perorangan terutama untuk produk-prodnk yung berorientasi pasar.
            Terdapat tiga prinsip umun dalam menggunakan data antropometri dalam proses perancangan yaitu:
1.                  Perancangan fasilitas yang disesuaikan
Merupakan metoda perancangan yang paling disukai karena mengakomodasi semua ukuran populasi yang akan menggunakan rancangan tersebut. Inti dari perancangan ini adalah merancang sistem yang memiliki bagian yang dapat disesuaikan dengan individu yang menggunakannya. Contoh: kursi pengemudi yang bisa dimaju-mundurkan, kursi kantor yang bisa diatur ketinggiannya, dll. Kelemahan: kesulitan dalam hal teknis dan biaya.
2.                  Perancangan individu ekstrim
Perancangan ini dilakukan jika nilai maksimum atau minimum dari pengukuran yang dilakukan dapat mengakomodasi semua orang yang menggunakannya. Strategi nilai populasi minimum diberikan kepada peralatan atau fasilitas dengan tujuan yang sama yaitu agar sebagian besar populasi dapat menggunakan fasilitas tersebut dengan nyaman. Misalnya perancangan tinggi kursi atau jarak panel-panel kontrol, menggunakan persentil 5 untuk dimensi tubuh yang bersesuaian dengan kebutuhan rancangan. Keterbatasan dari konsep perancangan ini adalah bahwa ada sebagian kecil populasi yang tidak terakomodasi oleh rancangan yang dibuat.
3.                  Perancangan berdasarkan nilai rata-rata
Perancangan dengan prinsip nilai rata-rata ini dipilih apabila perancangan dengan menggunakan kedua konsep sebelumnya tidak mungkin untuk dilaksanakan. Sebaiknya hanya dilakukan untuk peralatan atau fasilitas yang tidak kritis atau membahayakan baik dalam jangka waktu pendek ataupun panjang. Hal ini dilakukan bila perancangan berdasarkan individu ekstrim tidak mungkin dilakukan dan tidak praktis untuk perancangan dengan prinsip penyesuaian. Contoh: meja kasir di supermarket, dapat dirancang ketinggiannya menggunakan persentil 50 dari dimensi tinggi pinggang.
  
KRITERIA
Tujuan aplikasi ergonomi ialah diperolehnya kondisi kerja dan lingkungan yang aman, sehat, nyaman, dan efisien. Nilai desain yang baik dapat ditelusuri pada kriteria-kriteria yang ditetapkan berdasarkan pada tujuan tersebut, desain dapat dikatakan baik jika tercapai tujuan desain tersebut dengan baik, dan pengukuran tercapainya tujuan desain tersebut adalah dipenuhinya kriteria-kriteria dari desain.
Dalam dunia desain, kriteria-kriteria yang ditetapkan bergantung pada banyaknya aspek primer dan sekunder yang berkenaan dengan tujuan dari desain itu sendiri. Secara garis besar, sebuah desain dapat dikatakan memenuhi kriteria tercapainya tujuan jika :
1.         Desain memenuhi kriteria fungsi yang ditetapkan, karya desain dapat berfungsi dengan baik. Sebuah sepeda berfungsi untuk memindahkan seseorang dari satu titik menuju titik yang lain dengan mengandalkan dua roda yang bergerak dikarenakan kayuhan kaki yang dikenakan pada produk tersebut. Jika sepeda tidak dapat digerakan, tidak dapat memindahkan seseorang dari satu titik ke titik lain dengan kayuhan, atau harus menggunakan roda lebih dari dua ( kecuali bagi sepeda roda tiga atau tandem ) maka secara fungsi, karya desain yang dihasilkan tidak layak, atau dapat juga disebut kriteria fungsi tidak dapat terpenuhi.
2.         Desain memenuhi kriteria produksi ( dapat dibuat ), sesuai dengan karakteristik produksi yang ditetapkan, maka sebuah desain yang telah berfungsi harus memenuhi kriteria produksi, sebuah desain harus dapat diwujudkan. Sebuah karya desain yang hanya berupa gagasan diatas kertas harus dapat diwujudkan sehingga gagasan dapat difungsikan atau digunakan oleh para pengguna dari karya desain tersebut.
3.         Desain memenuhi kriteria operasional, sesuai dengan karakteristik operasional yang dituntut oleh pengguna dari karya desain tersebut. Sebuah karya desain yang telah diproduksi dengan baik, akan tetapi tidak dapat digunakan oleh manusia, maka desain tersebut menjadi tidak berguna. Dengan kata lain, desain harus memenuhi kelayakan ‘guna’.
4.         Desain harus dapat diperoleh oleh para pengguna. Beberapa bentuk kriteria ini dapat diuraikan menjadi kriteria ekonomi ( harga ), kriteria estetik ( ketertarikan dan kecocokan perupaan yang digunakan terhadap tuntutan pemakai ). Ketiga kriteria diatas belum dapat dikatakan sebagai desain yang baik jika tidak seorangpun dapat ‘memiliki’ karya desain tersebut.
5.         Sebuah karya desain harus memenuhi nilai etik yang berlaku pada satu masyarakat tertentu, bahkan beberapa desain haruslah memenuhi nilai etis yang berlaku bagi seluruh masyarakat. Sebuah karya desain yang memenuhi keempat nilai diatas, dapat terjadi harus dimusnahkan, karena melanggar etika kehidupan bermasyarakat. Perlu diingat bahwa sebuah karya desain memiliki tujuan untuk merubah satu kondisi menjadi lebih baik daripada kondisi dimana karya desain belum dihadirkan.
6.         Dan beberapa kriteria lain yang sangat bergantung pada karakteristik objek yang akan didesain.

KONSEP PERSENTIL
Konsep persentil dalam perancangan adalah penggunaan data-data ke 0,05 ;0,5 ; atau 0,95 dari sebaran data antropometri yang telah diurutkan, yang ditujukan untuk memberi aspek keamanan dan kenyamanan bagi manusia di dalam alat atau sistem kerja yang dirancang. Persentil pada dasarnya menyatakan persentase manusia dalam suatu populasi yang memiliki dimensi tubuh yang sama atau lebih kecil dari nilai tersebut. Misalnya persentil pertama ukuran tinggi tubuh, menunjukkan bahwa 99 persen dari populasi yang diukur memiliki tinggi tubuh melebihi angka tersebut. 
            Ada dua hal penting yang harus selalu diingat apabila menggunakan persentil:
1.                  Suata persentil antropometrik dari tiap individu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Hal ini dapat saja merupakan data tinggi badan atau tinggi duduk.
2.                  Tidak dapat dikatakan seseoarang memiliki persentil yang sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5, untuk keseluruhan dimensi tubuhnya.

RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA)
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah metode survei yang dikembangkan foruse dalam penyelidikan ergonomis tempat kerja di mana pekerjaan terkait ekstremitas atas gangguan yang dilaporkan. RULA dapat membantu untuk mengurangi resiko cedera pada seorang pekerja. Analisa RULA dapat dilakukan sebelum dan sesudah demonstrasi untuk mengetahui apakah resiko cedera sudah
berkurang.
Screening RULA adalah alat yang menilai pemuatan biomekanis dan postural pada seluruh tubuh dengan perhatian khusus pada leher, batang dan anggota badan atas. Sebuah penilaian RULA memerlukan sedikit waktu untuk menyelesaikan dan mencetak daftar menghasilkan suatu tindakan yang mengindikasikan tingkat intervensi yang dibutuhkan untuk mengurangi risiko cedera akibat beban fisik pada operator. RULA ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai bagian dari studi ergonomis yang lebih luas.
RULA digunakan dengan cara mengevaluasi postur tubuh, kekuatan yang dibutuhkan dan gerakan otot pekerja pada saat sedang bekerja. Terdapat 5 faktor eksternal yang dapat menjadi faktor resiko yang berhubungan dengan terjadinya cedera pada tubuh bagian atas, yaitu:
·                    Jumlah gerakan
·                    Kerja otos statis
·                                Beban
·                                Dimensi peralatan
·                                Lama kerja tanpa istirahat.
Oleh sebab itu, RULA didesain untuk membahas faktor-faktor resiko diatas terutama pada 4 faktor eksternal pertama. Adapun tujuan dari metode ini adalah sebagai berikut:
·                     Sebagai metode yang dapat dengan cepat mengurangi resiko cedera pada pekerja, khususnya yang berkaitan dengan tubuh bagian atas.
·                     Mengidentifikasikan bagian tubuh yang mengalami kelelahan dan kemungkinan terbesar mengalami cedera.
·                     Memberikan hasil analisa dan perbaikan.
Terdapat 3 langkah untuk mendapatkan hasil dari metode RULA:
a.         Merekam postur tubuh ketika sedang bekerja.
Bagian tubuh yang dianalisa meliputi: lengan (lengan atas), siku tangan (lengan bawah), pergelangan tangan, leher, trunk, dan kaki. Pada  langkah ini, peneliti merekam dan memasukkan data postur tubuh pekerja pada software RULA. Kemudian, dari data tersebut dapat diketahui bagian tubuh yang mempunyai kemungkinan terbesar mengalami cedera.
b. Menghitung nilai
Data hasil rekaman yang telah dimasukkan software, dihitung nilainya untuk masing- masing bagian tubuh.


c. Action Level

Dari hasil nilai yang didapatkan, kemudian diklasifikasikan menurut action level.



sumber : Praktikum RSK, modul dan situs2 lain

Jumat, 19 April 2013

Rabu, 26 Desember 2012

TUMBILA

Tumbila/Kutu Busuk (Cimex lectularius) 

Sebelum kita menemukan solusinya, terlebih dahulu kita dengan kutu busuk tersebut, kutu busuk berukuran kecil, sekitar 5-15 mm sepintas terlihat berwarna hitam atau coklat dan perutnya belang, terdapat 2 taring di kepalanya yang berfungsi sebagai alat penggigit dan penghisap darah. Mereka menyukai tinggal di celah-celah yang tersembunyi dan dekat dengan manusia serta kelelawar karena kutu busuk ini penghisap darah manusia, kemungkinan juga darah selain manusia, yang menjadi tempat favoritnya adalah di tempat-tempat seperti kasur, sprei, kursi, termasuk kursi yang terdapat di bioskop (hati-hati itu,) atau di
lipatan-lipatan pakaian, mereka mampu bertahan hidup tanpa menghisap darah sampai berbulan-bulan sampai akhirnya mereka menemukan darah. Cara reprodksi mereka adalah bertelur, dalam waktu yang sangat singkat bisa memproduksi telur dalam jumlah yang banyak, yaitu 200 butir (3-4 butir telur setiap harinya) biasanya bertelur di habitat yang telah disebutkan tadi.
Siklus hidup kutu busuk (Sumber)
Kutu busuk bisa menggigit tanpa disadari korbannya, biasanya mereka akan agresif pada malam hari mereka akan menimbulkan bekas gigitannya yang berupa bentol dan terasa gatal serta panas pada korbannya. Serangga parasit ini bisa menimbulkan penyakit ruam-ruam, efek psikologis, dan gejala alergi. Hewan ini beraroma tidak sedap dan sangat menyengat di hidung (http://id.wikipedia.org/wiki/Kutu_busuk)
Berikut ini adalah klasifikasi dari kutu busuk 
Kingdom : Animalia 
Filum       : Arthropoda 
Classis     : Insecta  
Ordo       : Hemiptera 
Family     : Cimicidae 
Genus      :Cimex 
 Spesies : Cimex lectularius 
Pemberantasan yang dapat kita lakukan adalah (dikutip dari artikel tetangga): 
1. Letakkan kulit Durian dibawah tempat yang banyak terdapat kutu busuknya. Biarkan beberapa hari, niscaya kutu busuk akan lenyap. 
2. Ambillah beberapa Buah Asam segar, kupas kulitnya dan letakkan di tempat kutu busuk berada. Maka kutu busuk akan pergi jauh-jauh dari tempat tersebut. 
3. Menaruh Daun Mindi kering di bawah kasur juga dapat mengusir Kutu Busuk.
4. Bisa juga pakai Baygon kok bunuhnya, yang penting sering dijemur kasurnya, tujuannya untuk membunuh telur – telurnya. 
 5. Meneteskan lilin/minyak tanah di tempat-tempat yang tersembunyi, termasuk lekukan-lekukan kasur, jumlah tetesannya sesuaikan dengan kebutuhan, yang penting tetesan lilin menutup celah-celah sekaligis memanaskan/mematikan telur dan nymfa. 
6. Dan yang paling efektif adalah mengeringkan/menjemur tempat-tempat habitatnya, seperti kasur dan sofa. 
Yang terpenting adalah kita mengetahui karakteristik dari kutu busuk tersebut, termasuk habitatnya sehingga kita bisa mengendalikannya, dan yang terpenting lainnya adalah jangan sampai kita sendiri yang jorok sehingga menyediakan tempat tinggal kutu busuk tersebut. Cukup sekian dulu semoga tulisan ini bermanfaat dan selamat mencoba.

 

Rabu, 24 Oktober 2012

MESIN MILLING

Posted by: januarsutrisnoyayan on: November 29, 2008

Mempelajari cara kerja mesin frais atau mesin milling serta mengetahui cara penggunaan dan fungsinya.

4.2. Dasar Teori
4.2.1. Intisari
Pengerjaan logam dalam dunia manufacturing ada beberapa macam, mulai dari pengerjaan panas, pengerjaan dingin hingga pengerjaan logam secara mekanis.
Pengerjaan mekanis logam biasanya digunakan untuk pengerjaan lanjutan maupun pengerjaan finishing, sehingga dalam pengerjaan mekanis dikenal beberapa prinsip pengerjaan, salah satunya adalah pengerjaan perataan permukaan dengan menggunakan mesin Frais atau biasa juga disebut mesin Milling.
Mesin milling adalah mesin yang paling mampu melakukan banyak tugas bila dibandingkan dengan mesin perkakas yang lain. Hal ini disebabkan karena selain mampu memesin permukaan datar maupun berlekuk dengan penyelesaian dan ketelitian istimewa, juga berguna untuk menghaluskan atau meratakan benda kerja sesuai dengan dimensi yang dikehendaki.
Mesin milling dapat menghasilkan permukaan bidang rata yang cukup halus, tetapi proses ini membutuhkan pelumas berupa oli yang berguna untuk pendingin mata milling agar tidak cepat aus.
Proses milling adalah proses yang menghasilkan chips (beram). Milling menghasilkan permukaan yang datar atau berbentuk profil pada ukuran yang ditentukan dan kehalusan atau kualitas permukaan yang ditentukan.
Proses kerja pada pengerjaan dengan mesin milling dimulai dengan mencekam benda kerja (gambar 1), kemudian dilanjutkan dengan pemotongan dengan alat potong yang disebut cutter (gambar 2), dan akhirnya benda kerja akan berubah ukuran maupun bentuknya (gambar 3).

4.2.2. Prinsip kerja mesin milling
Tenaga untuk pemotongan berasal dari energi listrik yang diubah menjadi gerak utama oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan utama tersebut akan diteruskan melalui suatu transmisi untuk menghasilkan gerakan putar pada spindel mesin milling.
Spindel mesin milling adalah bagian dari sistem utama mesin milling yang bertugas untuk memegang dan memutar cutter hingga menghasilkan putaran atau gerakan pemotongan.
Gerakan pemotongan pada cutter jika dikenakan pada benda kerja yang telah dicekam maka akan terjadi gesekan/tabrakan sehingga akan menghasilkan pemotongan pada bagian benda kerja, hal ini dapat terjadi karena material penyusun cutter mempunyai kekerasan diatas kekerasan benda kerja.
4.2.3. Jenis-jenis mesin milling
Penggolongan mesin milling menurut jenisnya penamaannya disesuaikan dengan posisi spindel utamanya dan fungsi pembuatan produknya, ada beberapa jenis mesin milling dalam dunia manufacturing antara lain:
1. Mesin Milling Horizontal
Mesin milling jenis ini mempunyai pemasangan spindel dengan arah horizontal dan digunakan untuk melakukan pemotongan benda kerja dengan arah mendatar.
2. Mesin Milling Vertikal
Kebalikan dengan mesin milling horizontal, pada mesin milling ini pemasangan spindel-nya pada kepala mesin adalah vertikal, pada mesin milling jenis ini ada beberapa macam menurut tipe kepalanya, ada tipe kepala tetap, tipe kepala yang dapat dimiringkan dan type kepala bergerak. Kombinasi dari dua type kepala ini dapat digunakan untuk membuat variasi pengerjaan pengefraisan dengan sudut tertentu.
3. Mesin Milling Universal
Mesin milling ini mempunyai fungsi bermacam-macam sesuai dengan prinsipnya, seperti :
a. Frais muka
b. Frais spiral
c. Frais datar
d. Pemotongan roda gigi
e. Pengeboran
f. Reaming
g. Boring
h. Pembuatan celah
4. Plano Milling
Untuk benda kerja yang besar dan berat.
5. Surface Milling
Untuk produksi massal, kepala spindel dan cutter dinaikturunkan.
6. Tread Milling
Untuk pembuatan ulir.
7. Gear Milling
Untuk pembuatan roda gigi.
8. Copy Milling
Untuk pembuatan benda kerja yang mempunyai bentuk tidak beraturan.
4.2.4. Gerakan dalam mesin milling
Pekerjaan dengan mesin milling harus selalu mempunyai 3 gerakan kerja.
1. Gerakan Pemotongan
Sisi potong cutter yang dibuat berbentuk bulat dan berputar dengan pusat sumbu utama.
2. Gerakan Pemakanan
Benda kerja digerakkan sepanjang ukuran yang akan dipotong dan digerakkan mendatar searah gerakan yang dipunyai oleh alas.
3. Gerakan Penyetelan
Gerakan untuk mengatur posisi pemakanan, kedalaman pemakanan, dan pengembalian, untuk memungkinkan benda kerja masuk ke dalam sisi potong cutter, gerakan ini dapat juga disebut gerakan pengikatan
4.2.5. Bagian Utama Mesin Milling
Bagian utama mesin milling meliputi beberapa bagian seperti di belakang
4.2.6. Cutter
4.2.6.1 Type Cutter
Cutter pada mesin milling mempunyai bentuk silindris, berputar pada sumbunya dan dilengkapi dengan gigi melingkar yang seragam.
Keuntungan cutter dibanding dengan pahat bubut dan pahat ketam adalah setiap sisi potong dari pisau frais mengenai benda kerja hanya dalam waktu yang pendek pada proses pemotongan selama 1 putaran pisau frais dan pendinginannya pada waktu sisi potong mengenai benda kerja, maka hasilnya cutter frais akan lebih tahan lama.
Cutter biasanya terbuat dari HSS maupun Carbide Tripped. Gigi cutter ada yang lurus maupun ada yang mempunyai sudut, untuk yang bersudut (helix angle) dapat mengarah ke kanan dan ke kiri.
Ada beberapa jenis cutter seperti misalnya :
a. Plain Mill Cutter
Digunakan untuk pengefraisan horizontal dari permukaan datar.
b. Shell End Mill Cutter
Pemotongan dengan menggunakan sisi muka, digunakan untuk pengefraisan dua permukaan yang tegak lurus. Pada cutter ini panjangnya lebih besar dari diameternya dan hal yang harus diingat adalah tidak boleh memasang cutter ini terbalik.
c. Face Mill Cutter
Digunakan untuk pengefraisan ringan (pemakanan kecil). Pisau ini pendek dan mempunyai sisi potong pada bagian yang melingkar dan bagian sisi mukanya, seperti shell mill cutter. Dalam jenis ini ada yang disebut Carbide Tipped.
Face mill cutter, keistimewaan pisau ini adalah tentang kemudahan penggantian sisi potongnya.
d. End Mill Cutter
4.2.6. Pengerjaan pada mesin milling
a. Pengefraisan Sisi, adalah pengefraisan dimana pisau sejajar dengan permukaan benda kerja.
b. Pegefraisan Muka, adalah pengefraisan dimana sumbu pisau tegak lurus dengan permukaan benda kerja.
4.2.7. Metode pengefraisan
a. Climb Mill
Merupakan cara pengefraisan dimana putaran cutter searah dengan gerakan benda kerja. Gaya potong menarik benda kerja ke dalam cutter sehingga faktor kerusakan pahat akan lebih besar. Hanya mesin yang mempunyai alat pengukur keregangan diperbolehkan memakai metode pemotongan ini.
b. Conventional Milling
Merupakan pengefraisan dimana putaran cutter berlawanan arah dengan gerakan benda kerja, pemotongan ini dimulai dengan beram yang tipis dan metode ini digunakan untuk semua jenis mesin frais.
4.3. Alat dan Bahan
a. Milling machine (mesin frais)
b. Jangka sorong / kaliper
c. Pahat alas
d. Kuas
e. Coolant (pendingin)
f. Palu plastik
g. Stopwatch
h. Mistar siku
i. Kikir
j. Kunci tanggem
4.4. Cara Kerja
1. Mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan dan benda kerja.
2. Mengukur benda kerja dengan menggunakan kaliper dan menghaluskan sedikit permukaannya dengan menggunakan kikir.
3. Mengatur putaran spindel yang sesuai untuk jenis benda kerja.
4. Menempatkan benda kerja yang akan difrais pada meja kerja.
5. Mencari titik permukaan/titik nol dan kemudian melakukan pemakanan untuk masing–masing sisi. Saat pemakanan dilakukan, mata pahat dan benda kerja diberi pendingin, sehingga benda kerja tidak mengeluarkan asap ( benda kerja panas ).
6. Mengatur ketebalan pemakanan.
7. Mencatat waktu yang diperlukan untuk satu kali pemakanan.
8. Mencatat keadaan akhir benda kerja.