ANTROPOMETRI
Ergonomi adalah ilmu terapan yang menjelaskan interaksi antara
manusia dengan tempat kerjanya. Ergonomi antara lain memeriksa kemampuan fisik
para pekerja, lingkungan tempat kerja, dan tugas yang dilengkapi dan
mengaplikasikan informasi ini dengan desain model alat, perlengkapan, metode-metode
kerja yang dibutuhkan tugas menyeluruh
dengan aman. Tujuan akhir dari program ergonomi adalah untuk kesempurnaan
kerja dengan meminimalkan tekanan kerja yang mungkin bagi tubuh.
Antropometri berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata anthropos yang artinya tubuh
manusia dan metrikos yang artinya pengukuran. Definisi antropometri adalah ilmu
yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan
perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok dan lain
sebagainya. Antropometri dapat diartikan juga sebagai cabang ilmu dari ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh baik ukuran,
bentuk, dan komposisi tubuh. dalam antropologi
fisik merujuk pada pengukuran individu manusia untuk mengetahui
variasi fisik manusia.
Antropometri berperan penting dalam bidang
perancangan industri, perancangan pakaian, ergonomik,
dan arsitektur. Dalam bidang-bidang tersebut, data statistik tentang distribusi
dimensi tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang
optimal. Perubahan dalam gaya kehidupan sehari-hari, nutrisi, dan komposisi
etnis dari masyarakat dapat membuat perubahan dalam distribusi ukuran tubuh
(misalnya dalam bentuk epidemik kegemukan), dan membuat perlunya penyesuaian berkala
dari koleksi data antropometrik.
Data antropometri berguna untuk perancangan
berbagai peralatan agar dapat dipergunakan secara optimal sehingga orang dapat dengan aman dan
nyaman. Meskipun demikian dalam proses pengukuran tersebut dapat ditemui
berbagai kesulitan, misalnya karena adanya variasi data dalam hal ukuran tubuh
manusia.
Secara umum antropometri dalam proses
perencanaan dan perancangan produk membantu dalam hal:
1.
Mengevaluasi postur / sikap badan dan jarak
untuk melakukan operasi terhadap kontrol- kontrol yang ada.
2.
Menentukan jarak antara tubuh dan bagian
produk yang harus dihindari.
3.
Mengidentifikasi elemen-elemen yang membatasi
gerakan tubuh.
Pengukuran Antropometri
Ada dua cara dalam pengukuran antropometri
yaitu:
1.
Antropometri Statis (struktural)
Pengukuran manusia
pada posisi diam, dan linier pada permukaan tubuh. Antropometri statis
berkaitan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan
diam atau dalam keadaan dibekukan.
2.
Antropometri Dinamis (fungsional)
Antropometri dinamis
adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak
atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut
melaksanakan kegiatannya. Misalnya dalam merancang ruang sempit jalur gerakan
lengan untuk mencapai suatu komponen di kedalaman mesin dalam pekerjaan
reparasi. Dimensi tubuh yang sedang bergerak bukan penjumlahan dari data
antropometri statis bagian tubuh yang terlibat.
Hal-hal yang mempengaruhi
dimensi antropometri manusia adalah sebagai berikut:
1. Random atau Acak
Dalam perancangan suatu produk maupun
merancang suatu lingkungan kerja sebaiknya memperhatikan faktor-faktor random
dari populasi yang ada, seperti misalnya: keacakan jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan Iain-lain.
2. Suku bangsa
Latar belakang suku bangsa akan memberikan
karakteristik yang berbeda satu dengan lainya, antara lain cara berpikir,
perbedaan adat-istiadat, cara bertindak, dan cara menggunakan suatu produk atau
melakukan pekerjaan tertentu.
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin sangat penting sebagai bahan
pertimbangan perancangan, mengingat ukuran tubuh jenis kelamin laki-laki secara
fisik pada umumnya lebih besar daripada wanita.
4. Usia. Terdapat
lima klasifikasi usia pada manusia :
- Usia bayi
- Usia anak-anak
- Usia remaja
- Usia dewasa
- Usia lanjut
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh
dan bertambah besar sampai batas usia dewasa, namun setelah itu tinggi badan
akan cenderung menurun yakni antara lain disebabkan berkurangnya elastisitas
tulang belakang (intervertebral disc). Selain itu dinamika gerakan
tangan dan kaki juga akan berkurang sejalan dengan bertambahnya usia.
5. Pertimbangan
Pekerjaan
Pekerjaan dapat dipakai sebagai pertimbangan
dalam rancangan, mengingat setiap jenis pekerjaan memiliki tingkat klasilikasi
dan tingkat kerumitan serta tingkat intensilas pekerjaan tertentu. Dalam hal
ini juga diperlukan suatu rancangan yang dapat mengakomodasi segala kesulitan
dan hambalan yang membuat pekerjaan tersebut tidak terselesaikan dengan baik.
6. Pertimbangan
Keterbatasan Fisik
Seiring dengan perkembangan ergonomi, maka
rancang bangun fasilitas akomodasi untuk para penderita cacat tubuh secara
fisik diberi prioritas sehingga mereka dapat ikut serta merasakan kesamaan
dalam penggunaan jasa dari ilmu ergonomi di dalam masyarakat luas. Masalah yang
sering timbul seperti: keterbatasan jarak jangkau, dibutuhkan ruang kaki (knee
space) untuk rancang bangun meja kerja, disediakan jalur / lorong khusus
kursi roda, dan Iain-lain,
7. Pertimbangan
Pakaian
Tubal lipis pakaian yang dipakai karena faktor
iklim yang berbeda akan memberi variasi yang berbeda-beda pula dalam rancangan.
8. Kehamilan
Kondisi semacam ini jelas akan berpengaruh
pada bentuk ukuran tubuh (khusus perempuan) sehingga memerlukan perhatian
khusus terhadap produk-produk yang dirancang. Akhirnya sekalipun segmentasi
dari populasi yang ingin dituju dari rancangan suatu produk selalu berhasil
diidentifikasikan sebaik-baiknya berdasarkan faktor-faktor seperti yang telah
diuraikan, namun adanya variasi ukuran bukan tidak mungkin tetap dijumpai.
Penggunaan Data Antropometri
Data Antropometri sangat penting dalam menentukan alat dan cara
mengoperasikannya. Kesesuaian hubungan antara antropometri pekerja dengan alat yang digunakan sangat berpengaruh
pada sikap kerja, tingkat kelelahan, kemampuan kerja dan produktivitas kerja. Antropometri juga menentukan dalam seleksi
penerimaan tenaga kerja, misalnya orang gemuk tidak cocok untuk pekerjaan di
tempat suhu tinggi, pekerjaan yang memerlukan kelincahan, dll. Menurut Pulat
(1992), data antropometri dapat digunakan untuk
mendesain pakaian, tempat kerja,
lingkungan kerja, alat dan sarana kerja serta produk-produk untuk konsumen.
Data antropometri yang berhasil diperoleh akan
diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :
- Perancangan
peralatan kerja seperti mesin, handling equipment, perkakas, dan lain-lain.
- Perancangan
area kerja seperti stasiun kerja, interior mobil, dan Iain-lain.
- Perancangan
produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan Iain-lain.
- Perancangan
lingkungan kerja fisik
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat berkaitan
dengan produk yang dirancang. Dimana manusia yang akan mengoperasikan dan
menggunakan hasil rancangan tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan produk
harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan
menggunakan produk hasil rancangan tersebut. Rancangan produk yang dapat diatur
secara fleksibel jelas memberikan kemungkinan lebih besar bahwa produk tersebut
akan mampu dioperasikan oleh setiap orang meskipun ukuran tubuh mereka
berbeda-bcda. Kemampuan penyesuaian atau adjustability suatu produk merupakan
satu persyaratan yang sangat penting dalam proses perorangan terutama untuk produk-prodnk
yung berorientasi pasar.
Terdapat tiga
prinsip umun dalam menggunakan data antropometri dalam proses perancangan
yaitu:
1.
Perancangan fasilitas yang disesuaikan
Merupakan metoda perancangan yang paling
disukai karena mengakomodasi semua ukuran populasi yang akan menggunakan
rancangan tersebut. Inti dari perancangan ini adalah merancang sistem yang
memiliki bagian yang dapat disesuaikan dengan individu yang menggunakannya. Contoh:
kursi pengemudi yang bisa dimaju-mundurkan, kursi kantor yang bisa diatur
ketinggiannya, dll. Kelemahan: kesulitan dalam hal teknis dan biaya.
2.
Perancangan individu ekstrim
Perancangan ini dilakukan jika nilai maksimum
atau minimum dari pengukuran yang dilakukan dapat mengakomodasi semua orang
yang menggunakannya. Strategi nilai populasi minimum diberikan kepada peralatan
atau fasilitas dengan tujuan yang sama yaitu agar sebagian besar populasi dapat
menggunakan fasilitas tersebut dengan nyaman. Misalnya perancangan
tinggi kursi atau jarak panel-panel kontrol, menggunakan persentil 5 untuk
dimensi tubuh yang bersesuaian dengan kebutuhan rancangan. Keterbatasan dari
konsep perancangan ini adalah bahwa ada sebagian kecil populasi yang tidak terakomodasi
oleh rancangan yang dibuat.
3.
Perancangan berdasarkan nilai rata-rata
Perancangan dengan prinsip nilai rata-rata ini dipilih apabila perancangan dengan
menggunakan kedua konsep sebelumnya tidak mungkin untuk dilaksanakan. Sebaiknya
hanya dilakukan untuk peralatan atau fasilitas yang tidak kritis atau
membahayakan baik dalam jangka waktu pendek ataupun panjang. Hal ini dilakukan bila perancangan berdasarkan individu ekstrim
tidak mungkin dilakukan dan tidak praktis untuk perancangan dengan prinsip penyesuaian. Contoh: meja
kasir di supermarket, dapat dirancang ketinggiannya menggunakan persentil 50
dari dimensi tinggi pinggang.
KRITERIA
Tujuan aplikasi
ergonomi ialah diperolehnya kondisi kerja dan lingkungan yang aman, sehat,
nyaman, dan efisien. Nilai desain yang baik dapat ditelusuri pada
kriteria-kriteria yang ditetapkan berdasarkan pada tujuan tersebut, desain
dapat dikatakan baik jika tercapai tujuan desain tersebut dengan baik, dan
pengukuran tercapainya tujuan desain tersebut adalah dipenuhinya
kriteria-kriteria dari desain.
Dalam
dunia desain, kriteria-kriteria yang ditetapkan bergantung pada banyaknya aspek
primer dan sekunder yang berkenaan dengan tujuan dari desain itu sendiri.
Secara garis besar, sebuah desain dapat dikatakan memenuhi kriteria tercapainya tujuan jika :
1. Desain memenuhi kriteria fungsi yang
ditetapkan, karya desain dapat berfungsi dengan baik. Sebuah sepeda berfungsi
untuk memindahkan seseorang dari satu titik menuju titik yang lain dengan
mengandalkan dua roda yang bergerak dikarenakan kayuhan kaki yang dikenakan
pada produk tersebut. Jika sepeda tidak dapat digerakan, tidak dapat
memindahkan seseorang dari satu titik ke titik lain dengan kayuhan, atau harus
menggunakan roda lebih dari dua ( kecuali bagi sepeda roda tiga atau tandem )
maka secara fungsi, karya desain yang dihasilkan tidak layak, atau dapat juga
disebut kriteria fungsi tidak dapat terpenuhi.
2. Desain
memenuhi kriteria produksi ( dapat dibuat ), sesuai dengan karakteristik
produksi yang ditetapkan, maka sebuah desain yang telah berfungsi harus
memenuhi kriteria produksi, sebuah desain harus dapat diwujudkan. Sebuah karya
desain yang hanya berupa gagasan diatas kertas harus dapat diwujudkan sehingga
gagasan dapat difungsikan atau digunakan oleh para pengguna dari karya desain
tersebut.
3. Desain
memenuhi kriteria operasional, sesuai dengan karakteristik operasional yang
dituntut oleh pengguna dari karya desain tersebut. Sebuah karya desain yang
telah diproduksi dengan baik, akan tetapi tidak dapat digunakan oleh manusia,
maka desain tersebut menjadi tidak berguna. Dengan kata lain, desain harus
memenuhi kelayakan ‘guna’.
4. Desain
harus dapat diperoleh oleh para pengguna. Beberapa bentuk kriteria ini dapat
diuraikan menjadi kriteria ekonomi ( harga ), kriteria estetik ( ketertarikan
dan kecocokan perupaan yang digunakan terhadap tuntutan pemakai ). Ketiga
kriteria diatas belum dapat dikatakan sebagai desain yang baik jika tidak
seorangpun dapat ‘memiliki’ karya desain tersebut.
5. Sebuah
karya desain harus memenuhi nilai etik yang berlaku pada satu masyarakat
tertentu, bahkan beberapa desain haruslah memenuhi nilai etis yang berlaku bagi
seluruh masyarakat. Sebuah karya desain yang memenuhi keempat nilai diatas,
dapat terjadi harus dimusnahkan, karena melanggar etika kehidupan
bermasyarakat. Perlu diingat bahwa sebuah karya desain memiliki tujuan untuk
merubah satu kondisi menjadi lebih baik daripada kondisi dimana karya desain
belum dihadirkan.
6. Dan
beberapa kriteria lain yang sangat bergantung pada karakteristik objek yang
akan didesain.
KONSEP PERSENTIL
Konsep persentil dalam perancangan adalah
penggunaan data-data ke 0,05 ;0,5 ; atau 0,95 dari sebaran data antropometri yang telah diurutkan,
yang ditujukan untuk memberi aspek keamanan dan kenyamanan bagi manusia di
dalam alat atau sistem kerja yang dirancang. Persentil pada dasarnya menyatakan
persentase manusia dalam suatu populasi yang memiliki dimensi tubuh yang sama
atau lebih kecil dari nilai tersebut. Misalnya persentil pertama ukuran tinggi
tubuh, menunjukkan bahwa 99 persen dari populasi yang diukur memiliki tinggi
tubuh melebihi angka tersebut.
Ada dua hal
penting yang harus selalu diingat apabila menggunakan persentil:
1.
Suata persentil antropometrik dari tiap
individu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Hal ini dapat saja
merupakan data tinggi badan atau tinggi duduk.
2.
Tidak dapat dikatakan seseoarang memiliki
persentil yang sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5, untuk keseluruhan dimensi
tubuhnya.
RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA)
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah
metode survei yang dikembangkan foruse dalam penyelidikan ergonomis tempat
kerja di mana pekerjaan terkait ekstremitas atas gangguan yang dilaporkan. RULA dapat membantu untuk mengurangi
resiko cedera pada seorang pekerja. Analisa RULA dapat dilakukan sebelum dan sesudah demonstrasi untuk
mengetahui apakah resiko cedera sudah
berkurang.
Screening RULA adalah alat yang menilai
pemuatan biomekanis dan postural pada seluruh tubuh dengan perhatian khusus pada
leher, batang dan anggota badan atas. Sebuah penilaian RULA memerlukan sedikit
waktu untuk menyelesaikan dan mencetak daftar menghasilkan suatu tindakan yang
mengindikasikan tingkat intervensi yang dibutuhkan untuk mengurangi risiko
cedera akibat beban fisik pada operator. RULA ini dimaksudkan untuk digunakan
sebagai bagian dari studi ergonomis yang lebih luas.
RULA digunakan dengan cara
mengevaluasi postur tubuh, kekuatan yang dibutuhkan dan gerakan otot pekerja
pada saat sedang bekerja. Terdapat 5 faktor eksternal yang dapat menjadi faktor
resiko yang berhubungan dengan terjadinya cedera pada tubuh bagian atas, yaitu:
·
Jumlah gerakan
·
Kerja otos statis
·
Beban
·
Dimensi
peralatan
·
Lama
kerja tanpa istirahat.
Oleh sebab itu, RULA didesain untuk membahas faktor-faktor resiko diatas terutama
pada 4 faktor eksternal pertama. Adapun tujuan dari metode ini adalah sebagai berikut:
·
Sebagai metode yang dapat dengan cepat mengurangi resiko cedera pada pekerja, khususnya
yang berkaitan dengan tubuh bagian atas.
·
Mengidentifikasikan bagian tubuh yang
mengalami kelelahan dan kemungkinan terbesar
mengalami cedera.
·
Memberikan hasil analisa dan perbaikan.
Terdapat 3 langkah untuk mendapatkan hasil
dari metode RULA:
a. Merekam postur
tubuh ketika sedang bekerja.
Bagian tubuh yang dianalisa meliputi: lengan
(lengan atas), siku tangan (lengan bawah), pergelangan tangan, leher, trunk,
dan kaki. Pada langkah ini, peneliti
merekam dan memasukkan data postur tubuh pekerja pada software RULA. Kemudian, dari data tersebut
dapat diketahui bagian tubuh yang mempunyai kemungkinan terbesar mengalami
cedera.
b. Menghitung nilai
Data hasil rekaman yang telah dimasukkan
software, dihitung nilainya untuk masing- masing bagian tubuh.
c. Action Level
Dari hasil nilai yang didapatkan, kemudian
diklasifikasikan menurut action level.
sumber : Praktikum RSK, modul dan situs2 lain